Yang seyogyanya dilakukan seorang muslim dalam menghadapi keadaan (menyenangkan atau tidak menyenangkan) :
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat (mendapatkan) sesuatu yang dia sukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan :

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

Segala puji hanya milik Allah yang dengan segala nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

Dan ketika beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan :

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Segala puji hanya milik Allah atas setiap keadaan’.
(HR. Ibnu Majah)

Sikap yang seperti inilah tingkatan tertinggi dalam mengahadapi musibah yaitu seseorang malah memuji Allah atas musibah yang menimpa dirinya.
Keadaan seperti inilah yang didapati pada hamba Allah yang selalu bersyukur kepada-Nya, dia melihat bahwa di balik musibah dunia yang menimpanya ada kebaikan yang Allah Kehendaki untuknya.
Karena musibah itu dapat menghapuskan dosa, maka orang semacam ini bersyukur kepada Allah karena dia telah mendapatkan tambahan kebaikan.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah rasa lelah, rasa sakit (yang terus menerus), kekhawatian, rasa sedih, bahaya, kesusahan menimpa seorang muslim, sampai duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan musibah tersebut.”
(HR. Bukhari)

Baarakallahu fiikum

Tulisan ust.Agung Cahyadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *